Misteri Alam Kubur [Sebuah Renungan]
PEMICU UTAMA SIKSA KUBUR
Sebab-sebab yang memicu siksa kubur yang menimpa penghuni alam
barzakh terbagi menjadi dua macam:
Pertama, sebab umum yaitu mereka disiksa karena kejahilan mereka
terhadap Allah, tidak menunaikan ketaatan dan melakukan kemaksiatan. Allah
tidak menyiksa ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, mengikuti perintah-Nya,
menjauhi larangan-Nya dan tidak menyiksa badan untuk selamanya selagi kondisi
ruhnya demikian. Dan siksa kubur dan azab akhirat menimpa seorang hamba akibat
murka dan marah Allah kepadanya. Siapa yang perbuatan mengundang murka dan
marah Nya di dunia dengan melakukan maksiat sampai mati belum sempat bertobat,
maka ia mendapat siksa kubur sesuai kadar murka dan marah Allah kepadanya.
Kedua, sebab khusus sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah tentang
dua orang yang disiksa di alam kuburnya: orang yang pertama disiksa karena
namimah di tengah manusia dan orang yang kedua disiksa karena tidak menjaga
percikan kencing. Kemudian beliau juga menyebutkan orang disiksa karena shalat
tanpa bersuci, orang disiksa karena melewati orang teraniaya tapi tidak
menolongnya, orang disiksa karena diberi Al-Qur’an tapi tidak shalat malam dan
tidak mengamalkannya, mereka disiksa karena berzina, mereka disiksa karena
memakai harta riba, mereka disiksa karena malas shalat subuh, mereka disiksa karena
tidak mau membayar zakat, mereka disiksa karena menyulut api fitnah di tengah
umat manusia, mereka disiksa karena sombong dan congkak, mereka disiksa karena
beramal riya, dan mereka disiksa karena suka mengumpat dan menghina orang lain.
(Lihat al-lrsyad lla Shahihal-lqtiqad, Syaikh Shalih al-Fauzan, hl. 321-322)
Akan tetapi mayoritas siksa kubur diakibatkan karena tidak menjaga
percikan kencing, ghibah atau namimah sebagaimana yang dijelaskan Nabi صلي الله عليه وسلم
dalam
sabdanya:
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ
وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً
فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya
keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa dalam perkara besar. Adapun yang
pertama tidak menjaga dari percikan kencing dan yang kedua berjalan di muka bumi
dengan namimah”. Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah dan membelah
menjadi dua lalu beliau menancapkan pada setiap kubviran satu pelepah kurma.
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan itu?” Beliau
bersabda, “Mudah-mudahkan diringankan (siksa kubur) dari keduanya, selagi
(pelepah kurma itu) belum kering.” (Telah berlalu takhrij-nya)
Bahkan kencing menjadi faktor utama dan dominai siksa kubur seperti
yang telah ditegaskan sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah
صلي الله عليه وسلم bersabda:
أَكْثَرُ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْ
اَلْبَوْلِ
“Kebanyakan
azab kubur dari kencing.” [Shahih, HR. Ahmad dan Ibnu Majah serta dishahihkan
Syaikh al-Albani dalam Irwaul Ghalil (280)]
Imam Qatadah berkata, “Sesungguhnya (mayoritas; siksa kubur berasal
dari tiga perkara: ghibah, namimah dan kencing.” (Lihat Syarhus Sudur, Imam
as-Suyuthi, hal.162)
Sebagian ulama menyingkap alasan, kenapa mayoritas siksa kubur
disebabkan percikan kencing, namimah atau ghibah. Karena kuburan adalah
rintangan pertama kali akhirat dan di dalamnya terdapat berbagai macam kejadian
sebagai rentetan peristiwa yang akan terjadi setelah Hari Kiamat, baik berupa
siksa atau pahala.
Sedangkan maksiat yang dilakukan seorang hamba ada dua macam, yakni
maksiat yang terkait dengan hak Allah dan maksiat yang terkait dengan hak
hamba.
Sementara hak Allah yang pertama kali dihisab adalah shalat dan hak
hamba yang pertama dihisab adalah darah.
Adapun di alam Barzakh diputuskan pembuka dan pemicu utamanya,
sementara pembuka shalat adalah bersuci dari hadats dan najis sedangkan pembuka
pertumpahan darah adalah namimah dan ghibah. Dan keduanya merupakan dosa paling
mudah terjadi, sehingga awal perhitungan dan siksaan di alam Barzakh dimulai
dengan kencing dan namimah atau ghibah. (Lihat Kitab Majmu Rasail Ibnu Rajab,
risalah Ahwalul Qubur, hal.142-143)
HIKMAH AZAB KUBUR TIDAK DIDENGAR MANUSIA
Para ulama sepakat bahwa azab kubur bisa didengar oleh semua
makhluk yang berada di sekitar kuburan kecuali manusia dan bangsa jin
sebagaimana sabda Nabi:
وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ
فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ
وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ
فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
“Dan adapun
orang munafik dan orang kafir, maka ditanya: ‘Apa komentarmu tentang orang ini
(Muhammad)?’ Dia menjawab: ‘Aku tidak tahu. Aku mengatakan sebagaimana yang
dikatakan orang-orang. Maka dikatakan kepadanya: ‘Kamu tidak mengerti dan tidak
tahu!. ‘Dan dia dipukul dengan gadam yang terbau dari besi sekali pukulan. Maka
ia berteriak kencang hingga didengar makhluk yang ada di sekitarnya kecual
manusia dan jin.” (HR. Bukhari)
Adapun hikmahnya sebagaimana yang dijelaskai Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin (Lihat Majmu Fatawa Syaikh Utsaimin, 8/ 482-483) sebagai
berikut:
- Karena Rasulullah bersabda: “Kalau bukan karena kalian saling mengubur orang yang mati maka aku akan berdoa kepada Allah agar kalian dapat mendengar siksa kubur.” (HR. Muslim)
- Dalam rangka untuk menutup aib si mayyit.
- Tidak membuat gundah keluarga yang masih hidup, karena bila keluarga yang masih hidup mengetahui bahwa mayyit disiksa, pasti hidupnya akan gelisah dan tidak merasa tentram.
- Tidak memalukan keluarga yang masih hidup karena pasti akan berbicara “inilah nasib anakmu’ “inilah nasib orang tuamu” dan “inilah nasib saudaramu” dan seterusnya.
- Bisa saja orang mendengar akan binasa karena bukan hanya sekedar teriakan, bahkan jeritan kencang yang membuat jantung pecah, sehingga orang yang mendengar bisa pingsan atau mati.
- Jika manusia bisa mendengar siksa kubur maka beriman terhadap siksa kubur merupakan perkara indrawi bukan lagi perkara ghaib, sehingga nilai ujian akan hilang. Karena manusia akan dengan mudah beriman dengan siksa kubur karena dia bisa menyaksikan dengan alat indranya. Tetapi bila siksa kubur perkara ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan berita wahyu maka hikmah beriman dengan perkara ghaib menjadi suatu yang nampak nyata.
Posting Komentar